1) Membaca (qiraat) Al-Qur’an.
Membaca di sini bukanlah bermaksud sekadar membaca dan melafazkan huruf demi hurufnya, tetapi juga dengan merenungi (tadabbur) dan memahami (tafahhum) kandungan makna ayat-ayat Al-Qur’an serta apa yang dikehendakinya, agar lafaz-lafaz yang keluar dari mulut kita adalah lafaz-lafaz yang kita fahami... yang menjadi penyuluh dalam kegelapan, pembebas dari kejahilan.
2) Mendekatkan diri (taqarrub) kepada Allah SWT.
Tujuan utama kita diciptakan adalah untuk menyembah Allah SWT, sebagaimana firman Allah SWT yang bermaksud: “Tidaklah Aku jadikan jin dan manusia, melainkan supaya mereka menyembah kepada-Ku” (Adz-Dzaariyaat, 51:56)
Menyembah kepada Allah bermaksud mentaati segala perintah-Nya serta meninggalkan segala larangan-Nya. Sedang mentaati segala perintah-Nya itu pula, bukanlah bermaksud hanya dengan melaksanakan segala apa yang diwajibkan ke atas kita. Kita juga dituntut untuk mengerjakan hal-hal yang sunnah (an-nawaafil) setelah mengerjakan hal-hal yang fardhu/ wajib.
Bukhari meriwayatkan sebuah hadits qudsi, Allah berfirman (maksudnya): “Tidaklah hamba-Ku bertaqarrub kepada-Ku yang semisal (nilainya) dengan menjalankan hal-hal yang Aku fardhukan baginya. Dan hamba-Ku sentiasa bertaqarrub kepada-Ku dengan (mengerjakan) an-nawaafil sehingga Aku mencintainya. Dan jika Aku telah mencintainya, maka Aku akan menjadi pendengarannya yang dia gunakan untuk mendengar. Menjadi penglihatannya yang dia gunakan untuk melihat. Menjadi tangannya yang dia gunakan untuk memegang. Dan menjadi kakinya yang dia gunakan untuk berjalan. Jika dia memohon kepada-Ku, Aku pasti akan memberinya. Dan jika dia memohon perlindungan kepada-Ku, Aku pasti akan melindunginya…”
3) Selalu ingat (dzikir) kepada Allah.
Hal ini harus kita lakukan di setiap kesempatan, baik dengan hati, lisan, mahupun perbuatan kita. Dalam erti kata lain, mencintai Allah haruslah sesuai dengan kadar dzikir kita kepada-Nya. Kerap berdzikir kepada Allah akan membuat kita terjaga dan sedar akan setiap tindakan yang kita ambil, lalu membantu fikiran kita untuk fokus hanya kepada-Nya, dan tidak bercabang-cabang.
4) Mendahulukan (itsar) hal-hal yang dicintai Allah.
Dalam apa jua keadaan sekalipun, hal-hal yang dicintai Allah harus kita dahulukan daripada hal-hal yang kita cintai meskipun ia agak sukar untuk kita lakukan, terutamanya saat kita dikuasai hawa nafsu. Ini adalah kerana, kecintaan yang bersih kepada Allah, akan membuahkan kecintaan kepada hal-hal yang dicintai-Nya.
5) Hati menelaah nama-nama (asma’) dan sifat-sifat Allah.
Menanamkan dalam hati nama-nama Allah dan sifat-sifat-Nya, memahami maknanya serta mempersaksikan dan mengenal-Nya.
Ibn Al-Qayyim berkata (maksudnya), “Barangsiapa mengetahui asma’, sifat dan af3aal Allah, nescaya mencintai Allah adalah sebuah kenescayaan baginya”.
Pepatah mengatakan, “tidak kenal, maka tidak sayang”. Oleh itu, jika seseorang hamba itu benar-benar mengenal Allah, pastilah dia akan mencintai-Nya.
6) Mempersaksikan kebaikan dan ni3mat kurniaan Allah kepada kita.
Jika kita perhatikan alam semesta serta segala isi perutnya, pastinya akan kita temukan bahawa ni3mat dan kurniaan Allah, baik yang zahir mahupun yang batin, tidak terbatas banyaknya. Begitu banyak sekali sehingga tidak mampu untuk kita menghitungnya. Sedang memperhatikan ni3mat-ni3mat Allah ini, akan membimbing kita sebagai seorang hamba untuk mencintai-Nya, Sang Pencipta.
7) Menundukkan hati dan diri secara menyeluruh di hadapan Allah.
Ini adalah hal yang paling menakjubkan jika dibandingkan dengan kaedah-kaedah yang lainnya dalam meraih cinta Allah. Bahkan menurut beliau, tidak ada ungkapan yang dapat mewakilinya. Tidak kata-kata, tidak juga berbentuk ibarat. Sebabnya, cinta yang sebenar akan menghubungkan pecintanya kepada tauhid, iaitu pengESAan kekasih, yang kemudiannya memberikan hartanya yang paling bernilai, iaitu hati!
8) Menyendiri (berkhalwat) dengan Allah.
Saat yang paling sesuai untuk kita menyendiri dengan Allah adalah ketika qiyamullail. Di saat orang lain sedang tidur lena, kita bangun untuk menyendiri bermunajat kepada-Nya, membaca Al-Qur’an yang merupakan kalam-Nya, menghadap kepada-Nya dengan segenap hati, memperhatikan adab-adab beribadah di hadapan-Nya, lalu menutupnya dengan memperbanyakkan istighfar dan taubat.
9) Bergaul dan berkumpul bersama hamba-hamba Allah yang mencintai-Nya dengan tulus.
Dengan mendekatkan diri kita bersama orang-orang yang soleh, sedikit sebanyak kita dapat mengambil hikmah dan ilmu dari mereka. Kita akan dapat memetik sebaik-baik buah pembicaraan, sebab mereka ini tidak akan berbicara kecuali hal-hal yang memberi kebaikan dunia dan akhirat.
10) Menjauhi semua hal yang menghalangi hati dari mendekati Allah.
Perkara-perkara yang menjauhkan kita daripada Allah adalah berupa kesyirikan yang menghalangi tauhid, bid3ah yang bertentangan dengan sunnah Rasulullah SAW, pelbagai syahwat yang menolak perintah Allah, ghaflah yang melalaikan dzikir kepada-Nya, serta riya’ yang mengotori keikhlasan hati. Oleh itu, kita haruslah berusaha menyelamatkan hati dari semua penghalang ini, agar mendapat hati yang bersih (qalbun salim).